Minggu, 01 Desember 2019

Prof. Hb. Abdullah bin Muhammad Baharun

Mengenal Prof. Habib Abdulloh bin Muhammad Baharun;
Permata Tersembunyi di Lembah Hadhramaut
Oleh : Munandar Harist

Namanya memang tidak semasyhur Habaib (bentuk plural dari Habib—keturunan nabi Muhammad S.A.W) lain dari provinsi Hadhramaut. Namun seperti keelokan yaqut, keindahan dan kecantikannya tidak bisa disadari oleh setiap orang.
Bila selama ini kita hanya mengenal nama-nama seperti Habib Umar bin Hafidz dan Habib Salim Asy-Syatiri sebagai ulama dan cendikiawan muslim dari lembah Hadhramaut, maka perkenalkanlah seorang tokoh yang lain. Beliau adalah Abdullah Muhammad Abdurrahman Baharun. Lahir di kota Syihir, 1 Januari 1956. Habib Abdullah kecil pada akhirnya tumbuh menjadi seorang cendikiawan muslim seperti ulama lainnya. Menjelang usianya yang keenam puluh satu tahun ini, tidak terasa hampir 20 tahun sudah beliau menanggung amanat sebagai rektor sebuah universitas di provinsi Hadhramaut, Al-Ahgaff University.
            Terlahir di tengah-tengah keluarga yang taat beragama, Habib Abdullah nyatanya memang memiliki kesamaan dengan orang-orang saleh Hadhramaut lain pada umumnya. Secara pribadi, beliau lahir dan dibesarkan di tengah lingkungan yang berfaham akidah ahlussunah wal jamaah. Tanpa menganggap remeh mazhab lain, beliau mengambil mahzab Syafi’i sebagai mazhab fikihnya dan tarekat Ba’alawi sebagai jalan tasawufnya. Hal ini menyebabkan Habib Abdullah cenderung jauh dari kata kontroversial.

Antara Habib Abdullah, Cinta dan Indonesia
            “Beliau terkadang bilang, Indonesia ini punya hubungan yang sangat erat dengan Hadhramaut, khususnya Ahlulbait. Sebagaimana para salaf datang menyebarkan Islam di Indonesia, beliau berusaha agar hubungan itu tetap terjaga,” ujar salah seorang murid yang cukup dekat dengan beliau.
            Cerita tentang kecintaan Habib Abdullah terhadap Indonesia memang sudah tidak dapat diragukan lagi. Terlebih terhadap para penuntut ilmu, Habib Abdullah tidak segan-segan menganggap pelajar Indonesia sebagai putra-putrinya. Fakta yang paling nyata adalah sikap beliau manakala terjadi evakuasi besar-besaran ketika terjadi konflik Syiah Houthi dan pemerintah Yaman di tahun 2015.
            Dengan segala kebijaksanaanya, Habib Abdullah mengizinkan para pelajar di universitasnya pulang ke Indonesia untuk menentramkan hati orang tua mereka. Selang beberapa bulan, melihat realita tidak ada kepastian sikap dari pemerintah Indonesia, Habib Abdullah memutuskan berangkat ke Indonesia. Beliau mencari bantuan sedemikian rupa hingga terwujudlah kelas darurat yang diselenggarakan di kota Gresik agar pendidikan para mahasiswanya tidak terbengkalai begitu saja.
            Selama hampir setahun berdomisil di Indonesia, Habib Abdullah kerap kali mengisi seminar di berbagai pondok pesantren, lembaga pendidikan, hingga majelis dan kajian-kajian Islami. Hal ini sengaja beliau lakukan semata-mata demi kecintaannya terhadap ilmu dan juga Indonesia. “Beliau ini bukan orang Indonesia. Tapi begitu cinta dengannya. Bahkan beliau itu memikirkan Indonesia,” aku Buya Yahya dalam sebuah majlis.
            Setidaknya, ada dua aspek yang sangat sering beliau tekankan dalam berbagai kesempatan. Aspek pertama adalah aspek cinta. Aspek ini meliputi cinta terhadap apa saja berikut realisasinya. Cinta terhadap keluarga berikut bentuk ucapan terimakasih kita. Pun juga cinta terhadap Nabi Muhammad berikut bentuk ketaatan kita kepadanya dan lain sebagainya.
            Aspek lain yang tak kalah penting adalah aspek ideologi. Beliau kerap kali memberikan penekanan terhadap hal tersebut. Bukan sebuah hal yang mengherankan, mengingat dewasa ini berbagai ideologi menyimpang semakin gencar dan bebas berkeliaran di Indonesia khususnya.
            Meskipun terkesan tidak mengenal kompromi terhadap ideologi menyimpang, Habib Abdullah pada kenyataannya adalah sosok yang ramah. Pembawaannya yang murah senyum membuat kita senang memandangi wajahnya. Sikap moderat, toleran dan kecerdasan interaksi dan pemikirannya sangat dikagumi di Indonesia dan Malaysia. Hal inilah yang membuat beliau kerapkali dianggap sebagai orang saleh.
            Memang, sampai saat ini Habib Abdullah tidak memiliki popularitas ulama tingkat dunia. Karena memang bagaimanapun bukan itu hal yang beliau cari. Seperti sebuah yaqut—yang mana keindahan dan nilai berharganya tidak dapat diketahui semua orang—Habib Abdullah dan segala pesonanya bersifat mastur, tertutup tidak terkenal.
Sumber: http://serdaduahgaff.blogspot.com/2017/01/mengenal-prof-habib-abdulloh-bin.html?m=1

Syeikh Usamah Al Azhari

Syekh Usamah yang memiliki nama lengkap Usamah Sayyid Mahmud Muhammaad al-Azhari merupakan guru besar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia lahir di Kota Alexandria, Mesir pada 16 Juli 1976. Sejak kecil ia mempelajari ilmu agama Islam dan menghapal Alquran dari ayahnya. Kemudian ia dibawa oleh ayahnya ke sebuah daerah bernama Suhaj yang merupakan kampung halaman ayahnya sendiri.

Daerah tersebut merupakan daerah yang sangat kental dengan tradisi keislaman, keilmuan dan budayanya. Tempat tersebut menjadi lingkungan yang sangat mendukung untuk mempelajari agama. Di sana juga banyak sekali penghapal Alquran dan mempunyai apresiasi yang besar terhadap orang yang berilmu.  Sayyid Usamah terbentuk menjadi pribadi yang mencintai ilmu dan Islam. Ia kemudian mempelajari beberapa bidang keilmuan dari berbagai guru.

Ayahnya mendidiknya begitu disiplin dan tegas. Sejak kecil ia telah diajarkan tentang kedisplinan dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Bahkan ayahnya sendiri melarangnya untuk terlalu banyak bermain dan bergurau. Ia sudah dikirim oleh ayahnya ke berbagai tempat untuk menimba ilmu dari para ulama, baik ke tempat yang dekat maupun yang jauh. Ayahnya pun selalu memanjatkan doa untuknya agar dikaruniai rezeki yang berlimpah berupa ilmu yang bermanfaat.
Setelah melakukan safari keilmuan selama beberapa tahun ia melanjutkan pendidikan tingkat tinggi ke Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. pada tahun 1999 ia ditanyakan lulus sebagai sarjana strata satu di Fakultas Ushuluddin dengan predikat istimewa. Pada fakultas yang sama ia melanjutkan ke tingkat magister dan lulus pada tahun 2005. Lalu lulus pada tingkat doktoral pada tahun 2011 di Fakultas Ushuluddin.

Perjalanan beliau mencari ilmu tidak hanya pada pendidikan formal saja, tapi juga mengikuti majlis-majlis talim bersama beberapa Syekh. Misalnya Syekh Said Ramadhan Al-Bouti  di Damaskus. Ia juga melakukan safari belajar ke Yaman beberapa negara di Timur Tengah. Dari perjalanan keilmuannya ia mendapatkan banyak ijazah berupa sanad dari beberapa ulama besar.
Sejak tahun 2005 hingga 2009 ia dipilih oleh Syekh Ali Jumah selaku Mufti di Mesir sebagai khatib di Masjid Sultan Hassan dan mengajar kitab Arbain Nawawi setiap selepas shalat Jumat selama setahun. Selain itu ia juga mengajar di Universitas Al-Azhar dan di Masjid Riwaq Al-Atrak.

Ia mengajar ilmu-ilmu ushuluddin seperti hadis, tafsir, ilmu mantiq dan sebagainya. Ia juga menjadi Senior fellow di lembaga Kalam and Research media. Selain menjadi khatib dan mengajar, ia juga memiliki karya tulis berupa kitab yang berisi kritikan beliau terhadap Sayyid Qutb. Karyanya berjudul Al-Haqqul Mubin fii Raddi ‘alaa man Talaaba bid-Din. Ada juga karya lainnya yang terkenal, kitabnya berjudul Ihya Ulumu al-hadiits.

Selain keilmuan dan karyanya yang memberi pengaruh terhadap banyak orang, ia juga merupakan ulama yang peduli tentang kemanusiaan dan sosial. Seringkali diundang ke berbagai acara dan kuliah umum di setiap Universitas di Indonesia. Menyampaikan pesan-pesan damai dan paham anti radikalisme. Seperti yang ia lakukan di beberapa negara lain. Hubungan Indonesia dengan Mesir sudah merupakan hubungan yang erat dan berlangsung lama.
Beberapa karya Syekh Usamah adalah Asaaniid al-Mishriyyin yang berisi tentang golongan ulama Mesir kontemporer beserta silsilah sanad hadisnya dan keterangannya. Lalu ada juga kitab Muqoddimah ibn as-sholah, Ihya Ulum al-hadis, al-Ihya al-Kabiir, Shoidu al-Lu’lui, al-Madkhol ila Ushuli at-Tafsir.

Selain menerbitkan buku, beliau juga menulis jurnal yang dipresentasikan di beberapa konferensi dan diterbitkan di majalah. Dakwah beliau juga bukan hanya di karya tulis media cetak, beliau juga aktif di Facebooknya dengan nama akun “Usamah Elsayed Alazhary”. Selain itu beliau juga aktif berdakwah di Youtube dengan mnggugah rekaman ceramahnya ke akun Youtubenya.
Sumber: https://bincangsyariah.com/khazanah/syekh-usamah-al-azhar/