Habib Hasan bin Ahmad Baharun Bangil
“Ustadz
Hasan adalah orang pertama yang membuka kembali hubungan antara Yaman dan
Indonesia setelah terputus puluhan tahun lamanya dan beliau yang mulai
mengirimkan santrinya untuk belajar di Yaman sehingga semua pahala orang yang
belajar keYaman akan kembali pahalanya kepada Al-Alim Al-Allamah Adda’i Ilallah
Al-Ustadz Hasan Baharun.”
Demikian penuturan Habib Umar Bin hafidz di depan para santri dan ulama dalam ziarohnya di Pondok Raci 2 tahun setelah wafatnya Habib Hasan Baharun.
Demikian penuturan Habib Umar Bin hafidz di depan para santri dan ulama dalam ziarohnya di Pondok Raci 2 tahun setelah wafatnya Habib Hasan Baharun.
Al
Habib Hasan Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan
putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan
Fathmah binti Ahmad Bachabazy. Adapun silsilah dzahabiyah yang mulia dari
beliau adalah Al Habib Hasan Bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar Bin
Baharun. Sejak kecil kedisiplinan dan kesederhanaan telah ditanamkan oleh
kedua orang tua beliau sehingga mengantarkannya tumbuh menjadi sosok pribadi
yang mempunyai akhlaq dan sifat yang terpuji.
Sejarah
Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Pendidikan
agama selain diperoleh dari bimbingan kedua orang tuanya ia dapatkan dari
Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama
besar dan disegani di Kabupaten Sumenep yaitu Ustadz Achmad bin Muhammad
Bachabazy. Setelah kakeknya meninggal dunia beliau menimba ilmu agama dari
paman-pamannya sendiri yaitu Ust. Usman bin Ahmad Bachabazy dan Ust. Umar bin
Ahmad Bachabazy. Semangat belajar Ust. Hasan Baharun sejak kecil memang dikenal
rajin dan ulet, bahkan apabila bulan Ramadhan tiba beliau belajar semalam
suntuk, mulai sehabis tadarrus sampai menjelang shubuh. Beliau belajar dan
mendalami ilmu-ilmu agama khususnya ilmu fiqih serta menjadi murid
kesayangan Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil Surabaya.
Disamping
pendidikan agama beliau juga menuntut pendidikan ilmu umum mulai dari Sekolah
Rakyat (SR / setingkat SD), Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun dan hanya
sampai di kelas 4 karena pindah dan melanjutkan ke SMEA di Surabaya.
Masa
Remaja dan Pengalaman Organisasi Ust. Hasan Baharun
Semasa
remaja beliau senang berorganisasi baik Remaja Masjid ataupun organisasi
lainnya seperti Persatuan Pelajar Islam (PII) bahkan beliau pernah diutus untuk
mengikuti Muktamar I PII se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang. Dan
pernah menjabat Ketua Pandu Fatah Al Islam di Sumenep. beliau aktif pula di
partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang
dikenal berani dan tegas menyampaikan kebenaran. Dan di Pasuruan menjabat
sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) sampai akhir hayat beliau.
Perjalanan dan
Konsep Dakwah Ust. Hasan Baharun
Setelah
menamatkan sekolah beliau sering mengikuti ayahnya ke Masalembu untuk berda’wah
sambil membawa barang dagangan. Keluarga Ustadz Hasan pada saat itu dikenal
ramah dan ringan tangan, apabila ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya
disuruh membayar semampunya bahkan dibebaskan. Sifat-sifat inilah yang diwarisi
beliau yang dikenal apabila berdagang tidak pernah membawa untung karena
senantiasa membebaskan orang-orang yang tidak mampu membayarnya.
Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan.
Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan . Dengan penuh kearifan dan bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya.
Di setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.
Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.
Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu membayarnya.
Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan ditahan.
Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari tahanan. Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa Timur.
Pada tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
Dan pada waktu berkeliling menjajakan dagangan beliau dikenal suka membantu menyelesaikan permasalahan dan konflik yang terjadi dimasyarakat serta senantiasa berusaha mendamaikan orang dan tokoh-tokoh masyarakat yang bermusuhan.
Pada tahun 1966 beliau merantau ke Pontianak berda’wah keluar masuk dari satu desa ke desa yang lainnya dan melewati hutan belantara yang penuh lumpur dan rawa-rawa namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan semua itu tidak dianggapnya sebagai rintangan . Dengan penuh kearifan dan bijaksana dikenalkannya dakwah Islam kepada orang-orang yang masih awam terhadap Islam. Dan alhamdulillah dakwah yang beliau lakukan mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat ataupun tokoh-tokoh lainnya.
Di setiap daerah yang beliau masuki untuk berdakwah beliau senantiasa bersilaturahmi terlebih dajhulu kepada tokoh masyarakat dan ulama/kyai setepat untuk memberitahu sekaligus minta izin untuk berdakwah di daerah tersebut sehingga dengan budi pekerti, akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji itulah masyarakat beserta tokohnya banyak yang simpati dan mendukung terhadap dakwah yang beliau lakukan.
Pada waktu melakukan dakwah beliau senantiasa membawa seperangkat peralatan pengeras suara (Loadspeaker/Sound System) yang pada saat itu memang masih langka di Pontianak sehingga dengan hal itu tidak merepotkan yang punya hajat/mengundangnya untuk mencari sewaan pengeras suara. Dan tak lupa pula beliau membawa satir/tabir untuk menghindari terjadinya ikhtilat (percampuran) antara laki-laki dan perempuan dan perbuatan maksiat/dosa lainnya yang akan menghalang-halangi masuknya hidayah Allah SWT., sedangklan pahala dakwah yang beliau lakukan belum tentu diterima Allah SWT.
Berdagang yang beliau lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dijadikan sarana pendekatan untuk berdakwah kepada masyarakat. Kedermawanan dan belas kasihnya kepada orang yang tidak mampu menyebabkan dagangannya tidak pernah berkembang karena keuntungannya diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu serta membebaskan orang yang tidak mampu membayarnya.
Selain itu pula beliau mempunyai keahlian memotret dan cuci cetak film yang beliau gunakan pula sebagai daya tarik dan mengumpulkan massa untuk didakwahi, karena pengambilan hasil potretan yang beliau lakukan sudah ditentukan waktunya, sehingga aabila mereka sudah berkumpul sambil menunggu cuci cetak selesai waktu menunggu tersebut diisi dengan ceramah dan tanya jawab masalah agama.
Selain berdakwah beliau aktif pula di partai politik yaitu Partai NU (Nahdlatul Ulama) dan menjadi jurkam yang dikenal berani dan tegas di dalam menyampaikan kebenaran sehingga pada saat itu sempat diperiksa dan ditahan.
Namun pada saat itu masyarakat akan melakukan demonstrasi besar-besaran apabila beliau tidak segera dikeluarkan dan atas bantuan pamannya sendiri yang saat itu aktif di Golkar membebaskan beliau dari tahanan. Dan tak lama setelah kejadian tersebut, sekitar tahun 1970 atas permintaan dan perintah dari ibundanya, beliau pulang ke Madura dan disuruh untuk berdakwah di Madura atau di Pulau Jawa saja. Namun karena kegigihan beliau selama 2 tahun masih tetap aktif datang ke Pontianak untuk berdakwah walaupun telah menetap di Jawa Timur.
Pada tahun 1972 beliau mengajar di Pondok Pesantren Gondanglegi Malang mengembangkan Bahasa Arab, sehingga pondok Gondanglegi pada saat itu terkenal maju dalam bidang Bahasa Arabnya.
Sejarah
Pendirian Pondok dan Perkembangannya
Ma’had ini didirikan pada tahun 1981 di
Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan
kesabaran Ust. Hasan Baharunn mengasuh dan mendidik para santrinya, sehingga
mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat
jumlah santri berkembang dengan pesat.
Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan.
Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy. Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari seorang wanita sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta ketegarannya dalam menghadapi kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa memberikan semangat bagi sang suami.
Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh ustadzah ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk pondok maka ustadzah dengan senang hati menjual seluruh barang-barang berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H beliau berpulang ke rahmatullah, kemudianestafet kepemimpinan dilanjutkan oleh putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I dan II ibtida’iyah.
Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 lokal pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan.
Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sy. Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, pada tahun 1985 Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke Desa Raci.
Kesuksesan Ust. Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar dari seorang wanita sholihah yang sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta ketegarannya dalam menghadapi kehidupan oleh ayahandanya Al-Habib Muhammad Al-Hinduan, beliau adalah Syarifah Khodijah binti Muhammad Al-Hinduan, istri tercinta yang senantiasa dengan penuh ketabahan dan kesabaran mendampingi pahit getirnya perjuangan serta senantiasa memberikan semangat bagi sang suami.
Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh ustadzah ketika Ust. Hasan membutuhkan dana untuk pondok maka ustadzah dengan senang hati menjual seluruh barang-barang berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H beliau berpulang ke rahmatullah, kemudianestafet kepemimpinan dilanjutkan oleh putra beliau Al Ustadz Ali Zainal Abidin bin Hasan Baharun.
Pada tahun 2006 dibuka Pondok Pesantren II Darullughah Wadda’wah yang berlokasi di Desa Pandean Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan yang sekarang ditempati 334 santri putra untuk tingkat i’dadiyah dan kelas I dan II ibtida’iyah.
Metode Pengkaderan dan Pendidikan Putra-putra Beliau
Dalam mendidik putra-putranya beliau sangat disiplin dan memperlakukan putra-putranya seperti santri-santri pada umumnya. Putra-putra beliau disuruh tinggal di asrma/kamar santri, peraturan yang berlaku untuk santri juga diberlakukan untuk putra-putra beliau, seperti piket menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan lain sebagainya. Dan apabila ketahuan ada santri memberi hadiah – uang atau membantu / menggantikan piketnya maka putra beliau dan santri yang membantu tersebut akan diberikan sanksi. Apabila putra beliau melanggar peraturan pondok akan menerima sanksi 2 kali lipat. Sehingga dengan kedisiplinan, kesederhanaan serta kemandirian yang ditanamkan oleh beliau alhamdulillah putra-putra beliau berhasil mengikuti jejak beliau menjadi ahli ilmu dan terjun di dunia pendidikan dan dakwah. Bahkan untuk mengikat dan memberikan motivasi, beliau mengatakan kepada putra-putranya bahwa mereka tidak berhak menggunakan fasilitas pondok apabila tidakturut serta membantu pondok.
Pemikiran dan Konsep konsep Pendidikan Ust. Hasan Baharun
Habib Hasan bersama Guru Zaini (sekumpul)
|
Secara singkat akan kami
uraikan beberapa pemikiran dan konsep-konsep pendidikan yang dapat kami
tangkap dari ungkapan dan ide-ide serta realitas yang beliau jalankan
dalam mengelola lembaga pendidikan dan pondok pesantren antara lain.
- Apabila seorang kyai
sudah mendirikan pondok maka dia harus rela meninggalkan semua aktifitas dan
hobinya yang ada diluar pondok yang dapat mengganggu konsentrasinya
dalam membina santrinya. Beliau mengibaratkan seorang pengasuh pondok pesantren
sebagai induk ayam yang sedang mengerami telur, maka apabila sering meninggalkan
sarangnya kemungkinan besar telur tesebut tidak jadi menetas, dan telur
tersebut akan busuk.
- Untuk mendirikan pondok
pesantren harus dijiwai dengan ikhlas dan guru-guru yang akan mengajar harus
diseleksi tingkat keikhlasannya, sehingga tidak akan menularkan kepada
santrinya ilmu yang tidak ikhlas dan seterusnya. “Dan apabila diniati dengan
hati yang ikhlas maka pondok pesantren tidak usah khawatir akan datangnya murid
sebab Allah akan memproklamasikan/ mengumumkan kepada para malaikat untuk
menanamkan kemantapan pada kaum muslimin.” Begitu jawaban Ust Hasan ketika
ditanya sistem promosi apa yang dipakai pondok sehingga sangat cepat
perkembangan santrinya dan berasal dari berbagai propinsi bahkan dari beberapa
negara tetangga.
-
Sasaran yang diutamakan dan mendapat perhatian khusus dari beliau adalah :
- -Putra para kyai dan para habaib khususnya yang memmpunyai pondok pesantren dan majlis ta’lim, hal ini dilakukan karena mereka sudah jelas ditunggu oleh ummat dan sebagai proses pengkaderan agar mereka bisa menjadi penerus orang tua mereka memimpin pondok pesantren. -
- Putra-putra daerah yang disana jarang ada ulama/kyai/ustadz, sehingga diharapkan nanti bisa pulang kembali untuk berdakwah menyebarkan Islam dan merintis lembaga pendidikan/majlis ta’lim.
- Putra aghniya, yang dengan masuknya putra mereka di pondok dengan beberapa pertimbangan diantaranya diharapkan perhatiannya terhadap Islam/pondok pesantren lebih besar dan sebagai wasilah masuknya dakwah kepada orang tua mereka, menyelamatkan harta mereka serta sebagai bentuk subsidi silang terhadap santri yang tidak mampu.
- Putra-putri dari orang-orang yang pernah berjasa dalam perintisan pondok .
Hubungan Ust. Hasan Baharun dengan Ulama
Abuya Ust Hasan Baharun dikenal sangat supel dan luwes dalam menjalin hubungan dengan semua kalangan. Beliau mampu menjalin hubungan dan memelihara hubungan tersebut dengan baik hal ini terlihat bahwa beliau mampu melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam perjuangan dan dakwah Islam serta mengajak mereka berpartisipasi dalam perintisan dan pembangunan pondok pesantren, baik itu tokoh masyarakat dari kalangan NU maupun tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Dan di Pasuruan beliau secara aklamasi di tunjuk sebagai ketua MUI walaupun beliau memberikan syarat kalau pertemuan MUI harus di Pondok Darullughah Wdda’wah, hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Ust. dikalangan para Ulama Pasuruan. Hal ini sangat wajar karena beliau juga selain hubungan pribadi juga beliau meluangkan waktunya untuk membantu mengajar bahasa Arab di berbagai pondok besar mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah. Adapun hubungan beliau dengan ulama-ulama luar negeri, terutama dengan ulama besar Timur Tengah sekilas dapat kami unkapkan sebagai berikut:
• Hubungan
dengan Abuya Sy. Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani
Hubungan Abuya Ust. Hasan Baharun dengan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki bermula sejak beliau ditunjuk untuk menjadi penerjemah ceramah dalam kunjungan dan silaturrahmi Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur. Abuya Sayyid Muhammad sangat tertarik dengan kemampuan Bahasa Arab dan Kepribadian Ust. Hasan Baharun sehingga setiap kunjungan ke Jawa Timur beliau menjadi langganan sebagai penerjemahnya. Bahkan Abuya Ust. Hasan dipercaya untuk mengajar Bahasa Arab istri Abuya Sayyid Muhammad sebelum diajak ke Makkah Al-Mukarromah. Dengan pandangan hati Abuya memerintah Ust. Hasan untuk membuka pondok pesantren serta setelah perkembangan pondok cukup pesat beliau pula yang menyuruh agar pondok yang asalnya mengontrak rumah di Bangil agar pindah ke lokasi di Desa Raci Kecamatan Bangil (lokasi pondok sekarang) dan memberi dana pertama untuk membangun pondok Raci.
Selanjutnya Abuya Ust Hasan sering ke Mekkah berziarah ke kediaman beliau dan sekaligus untuk mencari dana. Sambutan yang luar biasa diberikan oleh Sayyid Muhammad dan beliau sendiri yang menulis surat kepada para aghniya/memberikan memo agar membantu pembangunan pondok Dalwa.
Menurut penuturan Abuya
Ust. Hasan Baharun bahwa apabila beliau ke Makkah beliau memperlakukan dirinya
sebagai santri Abuya Sayyid Muhammad dan mengakui bahwa Sayyid Muhammad adalah
guru beliau di samping Al-Habib Abdul Qodir Bin Ahmad Assegaff. Walaupun
demikian Abuya Sayyid Muhammad memberikan penghormatan kepada Ust. Hasan
sebagai ulama bahkan beliau diberi ruang khusus serta dilengkapi dengan telepon
untuk memudahkan urusan.
Dan untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya Ust Hasan mengirim putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri Dalwa untuk belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di Ma’had Dalwa seperti Ust. Ihya Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff, Ust. Abdul Hadi Surabaya, Ust. Sholeh Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad, Ust. Abdullah Mulahelah (Malang), Ust. Hilmi, Ust. Amir Syarifudin, Ust. Abdullah Umar, dan lain sebagainya. Demikian pula Abuya Sayyid Muhammad mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa selain para santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan, Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk mengajar di Ma’had Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan mengawasi perkembangannya.
Baca : Biografi Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani
Dan untuk mempererat hubungan yang telah terjalin Abuya Ust Hasan mengirim putranya Al-Habib Zain Bin Hasan Baharun dan beberapa santri Dalwa untuk belajar pada Abuya Sayyid Muhammad serta beberapa Alumni Sayyid Muhammad yang di Jawa Timur oleh Ust Hasan diminta untuk mengajar di Ma’had Dalwa seperti Ust. Ihya Ulumuddin, Ust Ahmad Bin Husin Assegaff, Ust. Abdul Hadi Surabaya, Ust. Sholeh Al-Idrus, Ust Muhammad Al-Haddad, Ust. Abdullah Mulahelah (Malang), Ust. Hilmi, Ust. Amir Syarifudin, Ust. Abdullah Umar, dan lain sebagainya. Demikian pula Abuya Sayyid Muhammad mempunyai perhatian yang besar terhadap ma’had Dalwa selain para santrinya yang berasal dari kawasan Jawa Timur (Probolinggo, Pasuruan, Malang Sidoarjo, Surabaya dan Gresik) dianjurkan untuk mengajar di Ma’had Dalwa, beliau juga senantiasa memberikan bantuan dan mengawasi perkembangannya.
Baca : Biografi Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani
• Hubungan
dengan Ulama Hadromaut
Hubungan
Ustadz Hasan Baharun dengan ulama Hadromaut bermula ketika beliau
berziarah ke Hadromaut dan bertemu dengan para ulama disana. Melihat tradisi
salaf dan keilmuan yang ada di Hadramaut maka beliau tertarik untuk mengirimkan
santri-santrinya ke beberapa ribath (pondok) yang dipimpin para masyayikh di
sana. Sehingga hubungan antara Ust. Hasan dengan para ulama Hadramaut Yaman
semakin baik sampai kewafatan beliau bahkan diteruskan oleh penerusnya (Ust.
Zain Hasan Baharun) sampai sekarang.
Hubungan dengan Para Pejabat / Pemerintah
Hubungan
Ust. Hasan dengan para pejabat dilatar belakangi karena urusan lembaga
pendidikan, sebab sebuah lembaga tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa
keterlibatan instansi dan pihak lain terutama dengan instansi pemerintah. Oleh
karena itu beliau menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam kerangka
kepentingan pondok dan kepentingan dakwah serta perjuangan bukan termotivasi
atas kepentingan pribadi.
Beliau mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat, berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI sangat diperhitungkan. Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya Ust. Hasan”.
Sebuah contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat adalah mereka senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan kegiatan-kegiatan keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya dengan secara rutin mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat taubat/tasbih secara rutin dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh anggota Kapolsek se-Kabupaten Pasuruan.
Beliau dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau mampu berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum muslimin.
Beliau mampu menempatkan diri sebagai ulama yang harus dalam posisi terhormat, berwibawa, perlu dimintai fatwa dan ditaati sarannya sehingga beliau tetap mulia walaupun ada tudingan miring yang diarahkan kepada beliau namun beliau dapat menunjukkan kedekatan dengan para pejabat semata-mata dalam rangka dakwah, hal ini terbukti bahwa posisinya sebagai ketua MUI sangat diperhitungkan. Setiap Acara di Kabupaten Pasuruan layaknya kegiatan di pesantren, dan ada pemisahan antara putra-dan putri, serta acara di pendopo tidak akan dimulai kecuali beliau sudah datang ketempat acara. Bahkan ada yang bilang bahwa “Bupati Pasuruan adalah Bupatinya Ust. Hasan”.
Sebuah contoh keberhasilan dakwah beliau di kalangan pejabat adalah mereka senantiasa berkonsultasi dan minta pendapat beliau apabila ada permasalahan di masyarakat. Dan juga beliau mampu menciptakan kegiatan-kegiatan keagamaan di beberapa instansi strategis misalnya dengan secara rutin mengadakan acara pengajian di Kantor Kodim, Sholat taubat/tasbih secara rutin dengan pihak Kapolres yang melibatkan seluruh anggota Kapolsek se-Kabupaten Pasuruan.
Beliau dapat pula mengontrol setiap kebijakan publik yang ditetapkan pemerintah walaupun sulitnya bersikap, karena saat itu dominasi dan kuatnya pengaruh pemerintahan orde baru, namun Al-hamdulillah beliau mampu berkiprah semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan kaum muslimin.
Hubungan dengan Masyarakat Umum
Disela-sela
kesibukan yang sangat padat Ust.. Hasan Baharun sangat perhatian dengan
masyarakat umum, terutama tokoh-tokoh masyarakat, apabila ada waktu beliau
senantiasa menyempatkan diri bersilaturrahmi walaupun hanya sebentar dan
beliau siap menerima segala keluhan masyarakat selama dua puluh empat jam
bahkan seluruh lapisan masyarakat sangat mudah menemui beliau di kantor pondok
karena sepanjang hari mulai pukul 02.00 malam sampai pukul 10 malam berada
dikantor untuk melayani kepentingan santri, wali murid dan masyarakat
umum.
Hal ini terbukti setiap hari dan setiap saat banyak masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang datang untuk bertanya masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan biaya sekolah, bantuan pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan sosial, minta biaya pengobatan bahkan ada beberapa yang secara rutin disuruh datang untuk mengambil jatah kebutuhan yang ditanggung oleh beliau.
Hal ini terbukti setiap hari dan setiap saat banyak masyarakat yang datang bersilaturrrahmi mulai yang datang untuk bertanya masalah hukum agama, minta barokah do’a, minta bantuan biaya sekolah, bantuan pembangunan masjid dan lembaga pendidikan dan sosial, minta biaya pengobatan bahkan ada beberapa yang secara rutin disuruh datang untuk mengambil jatah kebutuhan yang ditanggung oleh beliau.
Perhatian
Ust. Hasan Baharun terhadap Pengembangan dan Penyebaran Bahasa Arab
Ust.
Hasan Baharun mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan dan
pengembangan Bahasa Arab. Selain Beliau banyak mengarang kita-kitab yang
berhubungan dengan Bahasa Arab seperti Kamus Bahasa Dunia Al ‘Ashriyyah,
Muhawarah Jilid I dan II, Qawa’idul I’rab, Kalimatul Asma’ Al Yaumiyyah dan
Kalimatul Af’al Al Yaumiyyah, 40 Kaidah-kaidah Nahwu (Pengantar Ilmu
Nahwu) serta beliau mewajibkan seluruh santri dan para guru untuk senantiasa
menggunakan Bahasa Arab.
Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab :antara Lain
Disamping mengembangkan Bahasa Arab di pondok pesantren beliau sendiri, juga mengajar secara rutin di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus Sukorejo Situbondo, Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan Tuban, dan di beberapa pondok pesantren lainnya mulai dari Banyuwangi sampai ke Jawa Tengah.
Adapun bentuk perhatian beliau terhadap Bahasa Arab :antara Lain
- Beliau sering mengisi seminar-seminar di berbagai perguruan tinggi dan pondok pesantren serta berbagai lembaga pendidikan untuk menjelaskan pentingnya Bahasa Arab.
- Mengirim beberapa guru dan santri untuk mengajar khusus Bahasa Arab di beberapa lembaga pendidikan Islam dan pondok pesantren.
- Menerima dan mengadakan kursus Bahasa Arab secara gratis di Pondok Pesantren Darullughah yang terbuka untuk umum serta beliau menangani sendiri setiap ada rombongan kursus dari pondok-pondok dan perguruan tinggi.
- Senantiasa memberikan motivasi kepada para ulama/kyai untuk membiasakan berbahasa Arab. Dan menyarankan agar mewajibkan santrinya berbahasa Arab.
- Senantiasa menyuruh guru-guru untuk mengarang hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Arab.
- Mengawasi guru-guru agar menerangkan pelajaran dengan bahasa Arab dan menegurnya apabila diketahui menjelaskan pelajaran di kelas dengan menggunakan bahasa selainnya.
Cita
– Cita Besar Ust. Hasan Baharun
Beberapa
bulan sebelum beliau wafat sering mengungkapkan cita-cita besar beliau yaitu
ingin membuat organisasi yang dapat menyatukan Ummat Islam. Karena beliau
berpendapat bahwa dengan persatuan Ummat Islam banyak hal yang bisa dilakukan.
Bahkan ketika ada perrtemuan Ulama di Jakarta dan beliau berhalangan hadir beliau
menitip surat kepada Ust Qosim Baharun yang mewakilinya untuk membacakan surat
tersebut sebagai usulan dari beliau yaitu agar para ulama menggagas Organisasi
Persatuan Habaib, Ulama, Kiyai, Santri dan para simpatisan dalam ikatan
satu wadah non politik yang tujuannya murni untuk kepentingan Ummat Islam.
Bahkan beliau berjanji sanggup meninggalkan pondok dan menyerahkan urusan
pondok kepada putranya Al-Habib Zain Baharun sedangkan beliau sendiri ingin
bersilaturrrahmi ke para Ulama di seluruh nusantara untuk mensosialisasikan ide
besar dan mulia tersebut.
Sifat-Sifat
Dan Kisah-Kisah Keteladanan Abuya Ust. Hasan Baharun
Beberapa
sifat yang menonjol Ust. Hasan yang sudah sangat makruf di kalangan
santri, dan guru-guru,
kalangan habaib dan
masyarakat yang sering berkomunikasi dengan beliau sebagai seorang
figur ulama sebagai pewaris nabi betul-betul beliau mewarisi sifat-sifat
sikap dan perjuangan Datuknya Al-Musthofa Nabi Muhammad SAW. Dan Agar
kita lebih jelas akan dipaparkan sifat-sifat tersebut serta contoh-contoh
sebagian peristiwa serta kehidupan beliau sehingga kita dapat meniru sifat dan
sikap keteladanan beliau yang juga senantiasa ditanamkan bagi santri-santrinya
adalah sebagai berikut ;
• Sabar
Adapun salah satu sifat
yang menonjol pada diri beliau adalah sifat sabar. Kesabaran Ust
Hasan sangat dikenal oleh semua kalangan baik santri, dewan guru,
pejabat dan orang-orang yang mengenal beliau, Sifat kesabarannya sangat
luar biasa sebagaimana kesaksian dan cerita yang dilukiskan oleh Ayahandanya
sendiri Al-Habib Ahmad bin Husein Baharun: “Hasan itu sangat sabar,
kalau saya marahi walaupun dia tidak salah tidak pernah menjawab dan
apabila difitnah dan diganggu orang tidak pernah membalas dan hanya
kepada saya dia menceritakan agar didoakan sehingga diberikan kekuatan dan
kesabaran dalam menghadapi cobaan dan fitnahan tersebut.“ Begitu
menurut penuturan Hb. Ahmad Baharun pada waktu Ust. Hasan menghadap
ilahi. Kesabaran beliau sulit dilukiskan baik dalam membina dan
membimbing santri serta menghadapi kenakalan santri dan orang-orang yang
mengganggu pondok.
Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang memberi tahu kepada beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk untuk menghancurkan dan membumi hanguskan rumah orang yang mengganggu pondok namun beliau malah mencegahnya karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW.
Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
Ust. Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu pondok justru mereka diberi hadiah dan berulang kali bahkan membantu urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Suatu kisah pada waktu zaman reformasi ada orang datang memberi tahu kepada beliau bahwa dia akan membawa orang sebanyak 2-3 truk untuk menghancurkan dan membumi hanguskan rumah orang yang mengganggu pondok namun beliau malah mencegahnya karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW.
Adapun cerita-cerita tentang kesabaran Ust Hasan banyak sekali sehingga tidak mungkin untuk diungkapkan disini.
• Istiqomah
Sifat Istiqomah Ust Hasan
Baharun sudah tidak diragukan salah satu tanda dari sifat tersebut tercermin
pada aktifitas beliau sehari-hari karena beliau bangun setiap pukul 02.00
malam kemudian Qiyamullail dan membangunkan santri dan Asatidzah pada pukul
tiga malam bahkan untuk menjaga keistiqomahan tersebut mewajibkan santri yang
menjaga malam di pintu gerbang untuk membangunkan tepat pukul dua malam dan di
pos jaga tesebut tertulis diantara tugas/kewajiban penjaga malam wajib
membangunkan Ust. Hasan tepat pada pukul 02. 00 ( tidak boleh
lebih atau kurang ).
Suatu ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah namun masih mampir di Jakarta karena masih ada urusan yang harus diselesaikan dan bermalam di salah satu rumah wali santri di Bekasi (di rumah Haji Yusuf) dan tampak tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat lelah, maka untuk menjaga agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan kepada H. Yusuf untuk membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke santri yang menjaga maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan tepat pukul 02.00 malam dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi tahu ke pos jaga agar juga mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk membangunkan Ust. Hasan. Begitulah salah satu contoh kesungguhan beliau dalam menjaga keistiqomahan tersebut.
Suatu ketika beliau datang dari Makkah / Timur Tengah namun masih mampir di Jakarta karena masih ada urusan yang harus diselesaikan dan bermalam di salah satu rumah wali santri di Bekasi (di rumah Haji Yusuf) dan tampak tanda-tanda bahwa beliau dalam keadaan sangat lelah, maka untuk menjaga agar beliau tidak terlambat bangun beliau berpesan kepada H. Yusuf untuk membangunkannya pada pukul 02.00 dan juga menelpon ke santri yang menjaga maktab agar mengingatkan Haji Yusuf supaya membangunkan tepat pukul 02.00 malam dan tidak cukup itu saja beliau masih memberi tahu ke pos jaga agar juga mengingatkan H. Yusuf sebelum jam 02.00 untuk membangunkan Ust. Hasan. Begitulah salah satu contoh kesungguhan beliau dalam menjaga keistiqomahan tersebut.
• Tawakkal
Abuya Ust. Hasan mempunyai
jiwa tawakkal yang luar biasa sebagai suatu gambaran dari sifat ketawakkalan
beliau adalah bahwa ketika beliau mempunyai rencana untuk membangun gedung
asrama santri berlantai tiga pada waktu awal-awal terjadinya krisis moneter
dengan dana awal sekitar lima juta rupiah dan ketika sahabat beliau datang ke
maktab mengungkapkan rencana tersebut barangkali bisa membantu, namun orang
tersebut justru bertanya dengan nada terheran-heran:
“Ya Ustadz, bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum akan membangun bangunan sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam krisis moneter!”
Kemudian apa kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan Indonesia, negara lain khan tidak! Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis moneter?”
Sebuah umpan balik dan argumen yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan kata-katanya, “Kalau kita punya rencana maka kita jangan sekali-kali mengukur dengan kemampuan kita, apabila kita mengukur dengan kemampuan kita maka hasilnyapun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan kita, tetapi apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah maka kemampunnya tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita berniat memperjuangkan Agama Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah diplomasi yang menggambarkan betapa tingginya tingkat ketawakkalan beliau.
Bahkan apabila mau membangun beliau justru menghabiskan segala uang yang tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan datangnya rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing maka apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar pula.
Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan masjid dan Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin membangun maka disarankan tidak perlu khawatir pembangunan tersebut tidak selesai dan menyuruhnya membongkar/ memulai pembangunan tersebut tanpa menunggu terkumpulnya dana untuk pembangunan karena menurut beliau bahwa pembangunan masjid dan LPI tersebut merupakan proyek Allah SWT.
Dan Insya-Allah pasti selesai tinggal menata niat panitia serta berusaha semaksimal mungkin sebagai sunnatullah dan harus disertai dengan banyak berdo’a. Begitulah saran-saran beliau kepada para takmir dan panitia yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.
“Ya Ustadz, bagaimana dengan dana yang sedikit itu antum akan membangun bangunan sebesar itu? Apalagi sekarang Indonesia dalam krisis moneter!”
Kemudian apa kata beliau, “Ya Ustadz, yang krisis itu kan Indonesia, negara lain khan tidak! Apalagi Allah, apakah Allah kenal krisis moneter?”
Sebuah umpan balik dan argumen yang luar biasa, kemudian beliau melanjutkan kata-katanya, “Kalau kita punya rencana maka kita jangan sekali-kali mengukur dengan kemampuan kita, apabila kita mengukur dengan kemampuan kita maka hasilnyapun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan kita, tetapi apabila kita mengukur dengan kemampuan Allah maka kemampunnya tiada terbatas dan yakinlah bahwa selama kita berniat memperjuangkan Agama Allah bahwa Allah itu akan menolong kita,” Inilah diplomasi yang menggambarkan betapa tingginya tingkat ketawakkalan beliau.
Bahkan apabila mau membangun beliau justru menghabiskan segala uang yang tersisa dan membagikan kepada fakir miskin sebagi pancingan datangnya rahmat dan pemberian Allah dan beliau mengibaratkan orang mancing maka apabila pancing dan umpannya besar maka akan memperoleh ikan yang besar pula.
Hal ini sering diungkapkan pula ketika ada panitia pembangunan masjid dan Lembaga Pendidikan Islam bahwa apabila berniat ingin membangun maka disarankan tidak perlu khawatir pembangunan tersebut tidak selesai dan menyuruhnya membongkar/ memulai pembangunan tersebut tanpa menunggu terkumpulnya dana untuk pembangunan karena menurut beliau bahwa pembangunan masjid dan LPI tersebut merupakan proyek Allah SWT.
Dan Insya-Allah pasti selesai tinggal menata niat panitia serta berusaha semaksimal mungkin sebagai sunnatullah dan harus disertai dengan banyak berdo’a. Begitulah saran-saran beliau kepada para takmir dan panitia yang datang minta saran dan sumbangan kepada beliau.
• Dermawan dan
Sangat Perhatian terhadap Fakir Miskin dan Anak Yatim
Kedermawanan yang ada pada
beliau tumbuh dan berkembang sejak beliau karena hal tersebut sudah ditanamkam
oleh aba dan kakeknya sebagaimana kisah-kisah sebelumya sehingga beliau tumbuh
dan berkembang mempunyai jiwa sosial terutama memiliki kepedulian kepada
para ffakir-miskin dan anak yatim.
Bentuk kepedulian terhadap mereka diantaranya adalah bahwa kebiasaan belia membagikan hadiah pakaian hari raya, beras dan kebutuhan sehari-hari, membagikan daging kurban kepada para tetangga pondok, famili beliau yang tidak mampu, serta kepada orang-orang yang datang minta bantuan, mulai pengobatan sampai pada biaya sekolah anak-anak mereka kepada orang yang tak mampu.
Bentuk kepedulian terhadap mereka diantaranya adalah bahwa kebiasaan belia membagikan hadiah pakaian hari raya, beras dan kebutuhan sehari-hari, membagikan daging kurban kepada para tetangga pondok, famili beliau yang tidak mampu, serta kepada orang-orang yang datang minta bantuan, mulai pengobatan sampai pada biaya sekolah anak-anak mereka kepada orang yang tak mampu.
• Ikhlas
Sebagaimana sering
diungkapkan oleh beliau dalam menasehati para santri dan para guru agar
senantiasa menata niat dalam setiap tindakan dan amal yang akan dilakukan. Hal
ini merupakan cerminan dari kepribadian beliau yang senantiasa menjadikan
keikhlasan sebagai pondasi dari setiap amaliah yang beliau laksanakan, termasuk
pendirian pondok.
Sebagai sebuah bukti dari keikhlasan beliau ketika ada guru-guru yang mengusulkan agar membuat papan nama pondok di tepi jalan beliau tidak langsung mengabulkan permintaan tersebut. Namun karena beberapa kali guru-guru tetap mengusulkan dengan alasan banyak wali santri yang tidak tahu lokasi pondok dan sering kesasar dan bingung mencari alamat pondok, baru tersebut dikabulkan tiga tahun sebelum beliau wafat.
Demikian pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka yang pertama kali dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar di pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak memperhatikan selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
Sebagai sebuah bukti dari keikhlasan beliau ketika ada guru-guru yang mengusulkan agar membuat papan nama pondok di tepi jalan beliau tidak langsung mengabulkan permintaan tersebut. Namun karena beberapa kali guru-guru tetap mengusulkan dengan alasan banyak wali santri yang tidak tahu lokasi pondok dan sering kesasar dan bingung mencari alamat pondok, baru tersebut dikabulkan tiga tahun sebelum beliau wafat.
Demikian pula beliau dalam rekrutmen/seleksi guru-guru, maka yang pertama kali dilihat adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar di pondok, diuji tingkat keikhlasannya, bahkan beliau tidak memperhatikan selama satu tahun. Karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak ikhlas akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula.
• Tawadlu’
Walaupun beliau sebagai
ulama besar yang dihormati dan disegani, baik di dalam maupun di luar negeri,
dan kebesaran beliau diakui oleh Sayyid Muhammad sehingga pada saat beliau
datang ke Mekkah di majlis ta’lim Sayyid Muhammad diberikan kesempatan untuk
memberikan sambutan / taujihat pada jamaah haji dan para ulama sedunia yang
berkumpul di majlis tersebut, dan juga dalam acara haul Nabiyullah Nuh AS di
Yaman beliau senantiasa mengelak ketika diminta untuk memberikan sambutan,
tetapi pada kunjungan yang terakhir beliau mau memberikan sambutan namun tetap
dengan sikap tawadlu’ beliau mengatakan bahwa tidak bermaksud memberikan
nasehat kepada yang hadir yang kebanyakan terdiri dari para ulama dan auliya’,
tetapi nasehat tersebut ditujukan untuk santri-santri beliau yang belajar di
sana.
Beliau senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan sehari-hari dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar. Siapapun tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan makanan beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan menyuguhkannya kepada para tamu.
Diantara doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya tersebut dengan senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi tersembunyi (minal masturiin).
Beliau senantiasa menunjukkan sikap tawadlu’ dalam kehidupan sehari-hari dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang besar. Siapapun tamu yang datang dilayani dengan ramah bahkan apabila menyajikan makanan beliau sering mengangkat sendiri sajian makanan dari dapur dan menyuguhkannya kepada para tamu.
Diantara doa yang menunjukkan sikap dan sifat tawadlu’nya tersebut dengan senantiasa memanjatkan do’a agar beliau dan putra-putra serta murid-muridnya dijadikan orang-orang yang memiliki kebesaran tetapi tersembunyi (minal masturiin).
• Kesederhanaan
Pribadi Ust. Hasan
Apabila
orang bertemu dengan Ust. Hasan Baharun dan orang tersebut sebelumnya
belum mengenal beliau maka orang tersebut tidak akan menyangka bahwa ust Hasan
adalah Ulama besar yang sangat dihormati dan disegani karena beliau memang
mempunyai penampilan yang sangat sederhana, pakaian yang dipakai sehari-hari di
dalam pondok dan ketika keluar pondok biasa-bisa saja yaitu memakai gamis dan
kopyah putih tanpa imamah dan rihda kecuali apabila beliau akan menyampaikan
ceramah atau menghadiri majlispertemuan yang harus menampilkan sebagai
sosok untuk menjaga kehormatan dan kebesaran serta kewibawaan
Ulama. Maka beliau akan berpakain lengkap dengan jubah kebesarannnya.
Selain kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba lengkap dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor karena tidak sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang semuanya serba biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau yang lebih terkonsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi fasilitas santri.
Selain kesederhanaan dalam berpakaian beliau juga memiliki kesederhanaan dalam pola kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tertarik dan menaruh simpati kepada beliau ketika membandingkan fasilitas pondok yang serba lengkap dan baik dengan rumah beliau yang atapnya rusak dan sering bocor karena tidak sempat untuk diperbaiki serta perabot rumah tangga yang semuanya serba biasa-biasa saja, hal ini sudsah menjadi pilihan beliau yang lebih terkonsentrasi memikirkan bagaimana memenuhi fasilitas santri.
Kesaksian Dan Komentar-komentar Ulama, Tokoh Masyarakat dan Dewan Guru tentang Ust. Hasan Baharun
Kesaksian Para Ulama,
Pejabat dan tokoh masyarakat tentang utadz Hasan baharun antara Lain adalah
sebagai berikut :
1. Kesaksian Abuya Sayyid.
Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Makkah
Kesaksian Abuya Sayyid Muhammad ini sering terlontar
ketika beliau mengajar murid-muridnya, beliau mengatakan bahwa: “Apabila kamu
ingin mencontoh kesabaran, jiwa perjuangan dan tawakkal, maka contohlah Ustadz
Hasan Baharun.”
2. Kesaksian Habib Umar Bin
Hafidz Hadhromaut Yaman
“Ustadz Hasan adalah orang pertama
yang membuka kembali hubungan antara Yaman dan Indonesia setelah terputus
puluhan tahun lamanya dan beliau yang mulai mengirimkan santrinya untuk
belajar di Yaman sehingga semua pahala orang yang belajar keYaman akan kembali
pahalanya kepada Al-Alim Al-Allamah Adda’i Ilallah Al-Ustadz Hasan Baharun.”
Demikian penuturan Habib Umar Bin hafidz di depan para santri dan ulama dalam
ziarohnya di Pondok Raci 2 tahun setelah wafatnya Ust. Hasan
Habib Ahmad Bangil
|
3. Kesaksian Ust. Al Habib
Ahmad bin Husein Assegaf Bangil
“Ustadz
Hasan Adalah Putra tebaik sejawa
timur
darii keturunan Sadah Ba”alawi “ unkapan ini
terlontar
ketika beliau memberikan sambutan pada
acara pemakaman Ust. Hasan.
4. Kesaksian Ust.
Sholeh Bin Sahl Jalan Jawa Pasuruan
“Seandainya kamu tahu bahwa
ada orang besar di Pasuruan niscaya kamu tidak akan mendatangi saya.” Dan
setelah beberapa hari kemangkatan Ustadz Hasan beliau mengungkapkan kembali
kepada tamu-tamunya bahwa yang memegang Pasuruan telah tiada.
Sumber: Ma’had Darullughah
wadda’wah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar